Eksplorasi Konsep - Meramu Hasil Belajar
·
Pemahaman tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menjadi
landasan transformasi pendidikan Indonesia yang berpihak pada anak, sebagai
berikut:
o Makna dari kata
‘menuntun’
Pendidikan hanya “Tuntunan” di dalam hidup tumbuhnya anak anak. Hidup tumbuhnya
anak anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak
anak itu sebagai makhluk manusia dan benda hidup sehingga mereka hidup dan
tumbuh menurut kodratnya sendiri, kita kaum pendidik hanya dapat menuntun agar
dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya anak anak.
o Peran menuntun
sesuai sistem among
Metode Sistem Among Siswa, Ing Ngarso sung tulodho, Ing madya mangun
karsa, Tut wuri handayani , bebas dari segala ikatan dengan suci hati
mendekati sang anak tidak untuk meminta namun untuk berhamba kepada sang anak.
o Makna dari
“merdeka”
Merdeka berarti Terbebas dari belenggu, berikah kemerdekaan dan kebebasan
kepada anak kita tetapi bukan kemerdekaan yang leluasa namun yang terbatas oleh
tuntunan kodrat alam menuju kearah kebudayaan.
o Kodrat anak tentang
bermain yang adalah sama dengan belajar
Menurut Frobel panca indra sebagai konsentrasi tetapi yang diutamakan
permainan anak anak (kodrat anak bergerak dan berfantasi) kegembiraan anak anak
tetapi dalam proses pembelajaran anak masih terprintah.
o Pendidikan yang
berpihak / menghamba pada anak
Ada dalam azas tamansiswa yang mana pendidikan bebas dari segala ikatan
dengan suci hati mendekati sang anak tidak untuk meminta namun untuk berhamba
kepada sang anak.
o Konsep budi
pekerti
Bulatnya jiwa manusia hasil dari bersatunya gerak pikiran perasaan dan
kemauan (budi) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti)
o Anak bukan
tabularasa
Anak lahir diumpamakan lahir sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh
tetapi tulisan itu suram. Pendidikan berkwajiban dan berkuasa menebalkan segala
tulisan yang suram dan berisi baik agar kelak Nampak sebagai budi pekerti yang
baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan agan jangan
menjadi tebal. Bahkan jika bisa dibikin lebih suram.
o Analogi petani untuk
menjelaskan kodrat anak
Pendidik ibarat petani, seorang petani yang menanam padi hanya dapat menuntun
tumbuhnya padi. Dia dapat memperbaiki kondisi tanah , memelihara tanaman padi,
memberi pupuk dan air, membasmi uat ulat atau jamur jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi,dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman padi bisa
diperbaiki namun ia tak dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya ia tak
dapat menjadikan padi yang di tanamnya itu tumbuh sebagai jagung.
o
·
Pemahaman tentang Pendidikan yang Memerdekakan menurut pemikir - pemikir
yang selaras dengan pemikiran KHD dan menjadi acuannya (Metode Montessori dan
Taman Anak Frobel)
Montessori
mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun
dihidupkan rasanya, menghadirkan
beberapa alat untuk latihan panca
indra dan semua itu bersifat
pelajaran. Anak diberi kemerdekaan
dengan luas, tetapi permainan
tidak dipentingkan.
b. Frobel juga menjadikan panca
indra sebagai konsentrasi
pembelajarannya, tetapi yang
diutamakan adlah permainan anak anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran
panca indra juga
diwujudkan mengjadi barang-barang
yang menyenangkan anak.
Namun, dalam proses
pembelajarannya anak masih diperintah.
c. Taman Siswa bisa dikatakan
memakai kedua metode tersebut, akan
tetapi pelajaran paca indra dan
permainan anak itu tidak dipisah, yaitu
dianggap satu. Sebab, salam Taman
Siswa terdapat kepercayaan
bahwa dalam segala tingkah laku
dan segala kehidupan anak-anak
tersebut sudah diisi Sang Maha
Among (Pemelihara) dengan segala
alat-alat yang bersifat mendidik
si anak
·
Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan
pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk
pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat
nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para
pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil.
Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan
memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pelajar yang memiliki profil ini
adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya.
Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan
berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5)
Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah
kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil
ini akan menjadi tidak bermakna. Sebagai contoh: ketika seorang pelajar
perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah,
diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang
ada. Solusi yang dihasilkan juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada
makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam mewujudkan
solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai
keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi Gotong Royong dan
Berkebinekaan Global).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar