Selasa, 21 Desember 2021

2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching

 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan dengan dunia Pendidikan saat ini. Pemikiran-pemikirannya menjadi acuan dan dasar pemerintah dalam memajukan pendidikan di indonesia. 

Menurut beliau bahwa pendidikan adalah proses menuntun tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodrat dan iradat yang dimilikinya agar anak tersebut memperoleh kebahagaian dan keselamatan baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. 

 Untuk itu, salah satu proses menuntun tersebut dapat dilakukan dengan cara coaching. Dalam coaching guru berperan sebagai coach yang dapat menuntun murid sebagai coachee dengan mengajukan pertanyaan untuk menggali segala potensi dan kemampuan yang dimiliki murid dengan tujuan menuntun dan mengarahkan untuk mencari solusi.

 Guru sebagai coach sangat berperan penting dalam menciptakan kenyamanan bagi murid melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga timbullah rasa empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid. 

 Dengan kemampuan dan keterampilan bertanya dari seorang coach dapat menyadarkan murid akan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya sehingga murid tersebut mendapatkan solusi atas permaslahannya sendiri. Dalam proses coaching, sangat jelas terlihat bahwa guru dan murid adalah mitra dalam belajar. 

 Belajar bersama mengenali kekuatan yang dimiliki untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan murid. Kini, bukan zamannya guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimana murid pun menjadi  cemerlang dan bersinar. Untuk itu guru dapat membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya.

 Salah satu cara untuk meningkatkan potensi dan kemampuan murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang dilakukan dengan amemperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar. 

 Guru sebagai coach akan selalu berupaya untuk menggali kebutuhan belajar murid dengan mendesain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid. Selain itu, secara social emosional segala potensi murid dapat berkembang secara maksimal. 

 Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah social emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.

 Coaching yang dilakukan oleh coach kepada coachee  membutuhkan empat keterampilan yaitu: 

1) Keterampilan membangun dasar proses coaching, 

2) Keterampilan membangun hubungan baik, 

3) Keterampilan berkomunikasi, dan

4) Keterampilan memfasilitasi pembelajaran. 

Dalam proses coaching juga ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach yaitu model TIRTA yang meliputi langkah-langkah Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi coachee; dan Tanggung jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif dan Umpan balik positif.

 Refleksi terhadap proses coaching di sekolah

Coaching adalah salah satu bentuk usaha yang dilakukan guru untuk menuntun segala potensi murid untuk hidup sesuai kodratnya yang dimilikinya.

Coaching menjadikan murid dapat hidup sebagai individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Coaching dapat menuntun murid untuk berkesadaran penuh mencapai kemerdekaan belajar.

CGP_Usman Ismail, S. Pd.

Kab. Sleman

2.3.a.10.3. Jurnal Refleksi - Minggu 16

Setelah pembelajaran minggu ini, saya memahami bahwa pentingnya membentuk komunitas praktisi di sekolah saya yaitu SMP Negeri 1 Prambanan dengan melibatkan murid atau rekan guru sebagai coachee serta melakukan praktek coaching dengan model TIRTA di sekolah saya. Selain itu, saya penting mampu menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media serta  membuat rancangan tindakan Aksi Nyata.

Setelah pembelajaran minggu ini, saya  akhirnya mampu membentuk komunitas praktisi di sekolah saya yaitu SMP Negeri 1 Prambanan dengan melibatkan murid atau rekan guru sebagai coachee serta melakukan praktek coaching dengan model TIRTA di sekolah saya. Selain itu, saya mampu menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam sebuah artikel serta  membuat rancangan tindakan Aksi Nyata.

Perasaan saya setelah pembelajaran minggu ini adalah saya makin termotivasi untuk bergerak dan menggerakan segala upaya untuk melaksanakan proses coaching dengan melibatkan seluruh warga sekolah untuk menciptakan sekolah yang berpihak pada murid.

Target saya selanjutnya adalah menjalankan rancangan aksi nyata yang telah dibuat dalam koneksi antar materi. Selama menjalankan Aksi Nyata, saya akan mendokumentasikan proses yang terjadi, terutama pada tahapan-tahapan yang saya anggap penting. 

Minggu, 05 Desember 2021

2.3.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 15

 

Jurnal Refleksi - Minggu 15

 

1.      Facts (Peristiwa)

Bismillah berawal dari Mulai dari diri , Eksplorasi Konsep-Mandiri , Eksplorasi Konsep-Forum Diskusi (asinkron). Eksplorasi Konsep Coaching dalam konteks Pendidikan CGP dapat mengidentifikasi perbedaan antara coaching dengan mentoring dan konseling dalam konteks pendidikan. Eksplorasi Konsep Komunikasi yang Memberdayakan CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar melakukan coaching, dan CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam melakukan pendekatan coaching pada murid. Eksplorasi Konsep TIRTA sebagai model coaching, CGP dapat mendemonstrasikan pemahaman mengenai model coaching TIRTA dan dapat mengidentifikasi langkah-langkah dalam model coaching TIRTA.

2.      Feelings (Perasaan)

Ketika saya Membaca Modul 2.3 CGP di harapkan bisa membantu memerankan diri sebagai coach bagi murid saya agar mereka menjadi lebih merdeka, baik merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa mendatang.

Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching sebagai bentuk pendekatan komunikasi sebagai seorang pendidik. Mereka hanya memerlukan dorongan dan tuntunan dari Guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensi mereka.

 

3.      Findings (Pembelajaran)

Hal baru yang saya temukan dalam pembelajaran ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran terkadang kita tergoda untuk berupaya membantu permasalahan murid secara langsung dengan memberikan solusi dan nasehat. Dengan keterampilan coaching dalam berkomunikasi, harapannya anak didik kita menjadi lebih terarah dan dapat menemukan solusinya secara mandiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi mereka.

 

4.      Future (Penerapan)

Implementasi kedepan Kita semua memahami jika murid kita bukanlah kertas kosong. Mereka datang dengan berbagai latar belakang, kemampuan, dan potensi. Tugas Guru adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat bagi Kita dalam memimpin pembelajaran. Selain itu, Kita juga bertugas meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka.

2.1.b.4. Jurnal pemantauan pembelajaran Daring CGP oleh Pengajar Praktik

  Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi NO URAIAN KETERANGAN 1 ...